Syarat - syarat diterimanya suatu amal, banyak orang orang yang ber'amal dan tidak memperhatikan apakah amalan nya tersebut diterima oleh Allah ta'ala atau tidak, mereka hanya ber'amal ber'amal dan ber'amal, sebagian orang ada juga terkadang ber'amal hanya melihat kebanyakan orang, dan jika amalan nya tersebut tidak diterima maka hanya letih yang dia dapatkan (tidak bermanfaat amalan tsb).
hal ini sangat penting untuk diketahui dan dipelajari karena setiap masing masing kita pasti melakukan amal maupun itu pada siang dan malam hari, dan tujuan terpenting tatkala kita ber'amal adalah "Diterimanya Amalan Tersebut Oleh Allah Ta'ala".
Allah ﷻ berfirman :
اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.” (QS Al-Maidah:27)
Dari ayat diatas kita bisa mengetahui bahwa sesungguhnya Allah ta'ala hanyalah menerima amalan dari orang yang bertaqwa, yaitu amalan yang bermanfaat bagi kita semua pada hari kiamat, yang mana tentunya semua amalan yang telah kita lakukan didunia akan di ganjar oleh Allah ta'ala, tetapi semua amalan tersebut tentulah amalan yang sudah diterima oleh Allah ta'ala.
Jikalau hanya sekedar ber'amal dan tidak memperhatikan atau mempelajari ilmu tentang syarat amalan tersebut diterima atau tidak oleh Allah ta'ala, maka dikhawatirkan orang yang belum tahu ilmu ini akan berpotensi besar untuknya amalan yang ia lakukan tidak diterima oleh Allah ta'ala, dan amalan yang tidak diterima oleh Allah ta'ala tidak bermanfaat bagi dirinya di dunia maupun di akhirat.
olehkarena itu para salaf dahulu atau orang orang sholeh terdahulu, mereka beramal dan berusaha bagaimana caranya amalan mereka tersebut bisa di terima oleh Allah ta'ala
Abu Darda radhyallahu 'Anhu berkata sebagaimana banyak dinukil oleh para ulama dalam kitab-kitab mereka :
لإن أستيقن أن الله تقبل مني صلاةً واحدةً أحب إليّ من الدنيا وما فيها إن الله يقول: {إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِين}.
Abu Darda’ berkata: “Seandainya aku tahu satu saja dari shalatku diterima Allah Ta’ala, maka hal itu lebih baik dari dunia dan seisinya. Karena Allah berfirman : "Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) orang-orang yang bertaqwa.”.
Sahabat Abu Darda radhyallahu 'Anhu merasa bahagian jika beliau tahu sedikit dari amalan beliau diterima oleh Allah ta'ala, karena secara otomatis jika amalan dai diterima maka dia bisa tahu bahwa dirinya adalah orang yang ber-taqwa, karena Allah hanya menerima (amalan) orang-orang yang bertaqwa.
Dan setelah bulan suci ramadhan pun para sahabat yang dimana dibulan tersebut mereka banyak melakukan amalan ibadah seperti : Puasa, Tilawah Al-Qur'an, Tarawih,Shodaqoh, dan amalan sholeh lainnya, para sahabat setalah ber'amal pada bulan tersebut (bulan Ramadhan) mereka para sahabat berharap kepada Allah ta'ala untuk supaya amalan yang mereka lakukan pada bulan tersebut diterima oleh Allah ta'ala sebagaimana atsar berikut.
Para sahabat dahului biasa mengucapkan satu sama lain setelah berpuasa selama Ramadhan, mereka berkata :
تقبل الله منا و منك
"Semoga Allah menerima amal kami dan amal anda." (Fathul Bari: II/446)
maka kita dapat simpulkan para salaf dahulu mereka memperhatikan amalan mereka apakah diterima oleh Allah ta'ala ataukah tidak.
sekarang kita lihat Rasulullah ﷺ, yang mana beliau adalah orang yang paling ber-taqwa kepada Allah ta'ala di muka bumi ini, yang dosanya diampuni oleh Allah ta'ala yang telah lalu maupun yang akan datang, beliau ﷺ pun berharap kepada Allah ta'ala agar amalan beliau ﷺ diterima oleh Allah ta'ala.
Dalam riwayat yang shahih, Nabi shallahu 'alaihi wa sallam senantiasa berdoa dipagi hari, agar seluruh amalan beliau diterima. Beliau berdoa :
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amal yang diterima.” (Lihat Hisnul Muslim)
lihat pula kisah nabi Ibrahim dan nabi Isma'il 'alahissalam tatkala mereka telah melaksanakan perintah Allah ta'ala yaitu untuk meninggikan bangunan ka'bah, doa yang mereka pertama kali ucapkan adalah
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui". (QS Al-Baqarah:127)
keadaan para nabi, mereka senantiasa meminta kepada Allah ta'ala agar amalan mereka diterima Allah ta'ala, nah sekarang bagaimana dengan diri kita yang sekarang ? selain dengan do'a hendaknya kita mengetahui syarat syarat diterimanya amal, karena apabila syarat ini ada terdapat di dalam amalan yang kita lakukan, maka Allah akan menerima amalan kita tersebut.
SYARAT AMALAN DITERIMA DI SISI ALLAH TA'ALA
Syarat amalan seseorang di terima oleh Allah hanya 3, tidak sampai 10 dan tidak juga 100 syarat, dan jika 3 syarat ini terpenuhi dalam amalan yang kita lakukan maka InsyaaAllaah amalan kita akan diterima oleh Allah ta'ala, berikut, syarat syarat diterimanya suatu amalan.
1. Beriman kepada Allah dan men-Tauhid kan Nya
jika seseorang melakukan amal ibadah, dengan bertauhid maka amalan ibadahnya akan diterima oleh Allah ta'ala, sedangkan jikalau dia melakukan amalan ibadah dengan tidak bertauhid kepada Allah atau Syirik maka amalan tersebut tidak diterima oleh Allah ta'ala.
Allah ta'ala berfirman :
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنّٰتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا
Sungguh, orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, untuk mereka disediakan surga Firdaus sebagai tempat tinggal.
dari ayat diatas, syarat untuk mendapatkan surga firdaus adalah beriman dan amal sholeh, beriman kepada Allah diantara maknanya adalah bertauhid, yaitu mengesakan Allah dalam ibadah, berarti jika hendak masuk kedalam surga firdaus yang disebutkan pada ayat diatas maka seseorang harus menjadi orang yang bertaqwa, dan orang yang bertaqwa adalah orang yang bertauhid kepada Allah ta'ala.
Rasulullah ﷺ bersabda :
قُلْ آمَنْتُ باللهِ ثُمَّ استَقِمْ
"Katakanlah: aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 38]
beliau ﷺ memerintahkan salah seorang sahabat Abu ‘Amrah Sufyan bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu untuk beriman kepada Allah, dan makna beriman kepada Allah diantaranya adalah ber-tauhid kepada Allah, kemudia hendaklah engkau istiqomah, hadist ini shohih diriwayatkan oleh imam muslim.
ada ayat yang lain yang lebih jelas menunjukkan tentang disyaratkan nya iman ini,
Allah ta'ala berfirman :
وَمَا مَنَعَهُمْ اَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقٰتُهُمْ اِلَّآ اَنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاللّٰهِ وَبِرَسُوْلِهٖ
Dan yang menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah karena mereka kafir (ingkar) kepada Allah dan Rasul-Nya. (QS At-Taubah:54)
Sesuai ayat diatas, yang menghalangi ibadah kamu musyrikin adalah mereka tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, jikalau mereka ber-iman maka InsyaaAllaah akan diterima amalan mereka, tapi karena mereka tidak beriman, maka ini menjadi sebab tidak diterimanya amalan mereka kaum musyrikin.
2. Ber-amal dengan ikhlas karena Allah ta'ala
Beramal untuk Allah tanpa riya, Riya artinya dia beramal ingin dilihat oleh orang, apabila seseorang be'amal, mungkin dia sudah mengenal "Tauhid", tapi ketika dia beramal ada Riya nya, misalnya Sholat ingin dilihat oleh orang lain, maka amalan nya ini yaitu sholat, tidak akan diterima oleh Allah ta'ala, kenapa ? karena ada Riya nya.
atau sum'ah yaitu dia beramal karena ingin di dengar orang banyak, misalkan, si fulan banyak bersedekah, si fulan rajin ke masjid, maka ini adalah perbuatan yang bertentangan dengan tauhid, meskipun dia ber-Tauhid tetapi pada amalan nya terdapat Riya ataupun Sum'ah maka amalan nya tersebut tidak akan diterima oleh Allah ta'ala, karena amal yang dia lakukan tidak Ikhlas kepada Allah ta'ala.
Allah ta'ala berfirman :
فَاعْبُدِ اللّٰهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَ
Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. (QS Az-Zumar:2)
dan Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi:
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكََاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أََشْرَكَ فِيْهِ غَيْرَهُ تَرَكْتُهُ وَ شِرْكَهُ
Saya adalah dzat yang paling tidak butuh kepada sekutu (teman). Barangsiapa melakukan satu perbuatan, dia sekutukan aku dengan yang lain pada amal itu, maka aku tinggalkan (biarkan) ia dengan sekutunya.
para ulama menjelaskan "maka aku tinggalkan" adalah tidak menerima amal nya
3. Mutaba'ah (mengikuti) dengan cara yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ
Amalan yang dilakukan sesuai dengan cara yang rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , bukan hanya niat yang baik, ber-Tauhid dan ikhlas saja, maka beramal harus sesuai dengan tuntunan Rasullullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ajarkan kepada kita.
Allah ta'ala berfirman :
وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. (QS Al-Hasyr:7)
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah, diantara nya adalah "IBADAH" yang telah beliau ajarkan kepada kita maka itu di ambil, jangan sampai beliau sudah mengajarkan tata cara ibadah tetapi kita mengambil tatacara ibadah yang lain, selain yang beliau ajarkan.
Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan jika beliau melarang sesuatu, maka tinggalkan lah, "Sami'na wa atho'na" (Kami mendengar dan kami ta'at) dan kita sebagai umat muslim harus yakin, apa yang nabi larang, disitu pasti ada mudharat / keburukan yang dihasilkan dari perbuatan tersebut.
Rasulullah ﷺ bersabda :
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718).
Dari hadist diatas berarti sudah jelas, maka jika seseorang beramal dengan menggunakan tatacara yang lain daripada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ maka amalan tersebut "فَهُوَ رَدٌّ" tertolak, hadist ini sohih, diriwayatkan oleh imam muslim.
Jadi bisa kita rangkum penjelasan dari awal sampai akhir, bahwa amalan seseorang akan diterima oleh Allah ta'ala jika memenuhi 3 syarat ini, yaitu :
1. Tauhid (Mengesakan Allah dalam perihal Pengaturan dan Peribadatan)
2. Ikhlas (Beramal hanya untuk Allah semata)
3. Mutaba'ah (Beramal sesuai apa yang Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ajarkan) dan bisa disebut "Beramal sesuai Sunnah"
sebelum saya tutup tulisan ini, saya akan menuliskan kisah sahabat dahulu, yang berkaitan tentang amalan.
pada suatu hari, pada hari raya Idul Adha, ada salah seorang sahabat pada zaman nabi ﷺ yang ingin menjadi orang yang pertamakali untuk menghidangkan daging kurban kepada nabi ﷺ , akhirnya dia (sahabat tsb) melakukan penyembelihan kambing sebelum sholat Ied (Sholat Idul Adha), jadi tatkala yang lain sibuk untuk menyembelih hewan qurban,memasak,dll setelah sholat, maka dia (sahabat tsb) tinggal menghidangkan saja makanan daging qurban tersebut kepada Rasulullah ﷺ, karena dia sudah melakukan itu semua tatkala sebelum sholat Ied,
ketika nabi ﷺ mengetahui apa yang dilakukan oleh sahabat ini, beliau mengatakan, "kambing yang engkau sembelih ini adalah kambing daging biasa saja, bukan daging qurban".
Kita lihat kisah ini, tatkala seorang sahabat yang melakukan suatu amal dengan ber-Tauhid dan ikhlas tetapi dia tidak menerapkan nya sesuai sunnah maka apa yang terjadi ? maka daging qurban nya hanyalah daging biasa kata nabi ﷺ, maka amalan yang beliau maksudkan untuk qurban tidak lah terhitung sebagai daging hewan qurban, maka dari itu kita patut untuk beramal sesuai apa yang Rasulullah ﷺ ajarkan kepada kita.
Sunnah nya ketika menyembelih hewan qurban ialah "Setelah Sholat Ied", kalau seseorang melakukan penyembelihan "Sebelum Shalat Ied" maka tidak akan menjadi daging qurban.
Niat baik saja tidak cukup untuk diterimanya amalan, maka tatacara pun juga sangat penting dalam penerapan beramal, maupun juga sebaliknya, jika seseorang tidak ikhlas tetapi dia melakukan amalan tersebut dengan sesuai sunnah, maka hal ini juga menyebabkan amalan nya tertolak
Mudahan Allah ta'ala menjaga ke-ikhlasan si penulis dalam menuliskan artikel ini
Jika ada salah dalam penulisan, maka hubungi saya lewat E-Mail : yusmarahman09@gmail.com
Baarakallahufiikum
Sumber dan Referensi :
https://www.facebook.com/ponpes.manaar.ilmi/posts/1505742259678781/
https://www.youtube.com/watch?v=PmrrIj8UBz8
https://quran.kemenag.go.id
https://rumaysho.com/20071-hadits-arbain-21-beriman-kepada-allah-dan-istiqamahlah.html
https://rumaysho.com/9957-kaedah-fikih-17-ibadah-yang-tidak-ada-tuntunan.html
https://almanhaj.or.id/2933-manhaj-para-rasul-dalam-berdakwah-kepada-allah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar