Biografi Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani
Beliau adalah Ustadzul Muhaqiqin wal ‘Ulama, Nashirussunnah, Qaami’ul bid’ah, Muhadditsul ‘Ashr, Al Faqih, Al Imam Al Mujaddid1, Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh Najati bin Adam Al Albani.
Beliau dilahirkan pada tahun 1332 H bertepatan dengan 1914 M di kota Ashqadar yang merupakan ibu kota Albania di masa lalu.
Beliau tumbuh dalam keluarga yang miskin namun agamis, karena ayah beliau merupakan lulusan dari beberapa pondok pesantren di kesultanan Ustmaniyah (Astanah) 2 kemudian beliau kembali ke negerinya dan menjadi rujukan bagi masyarakat negerinya dalam masalah agama.
Syaikh Nuh Najati lalu membuat markaz untuk belajar agama yang ia buat untuk anaknya (yaitu Al Albani) yang telah lulus dari madrasah ibtidaiyyah yang di kelola oleh yayasan Al Is’af Al Khairiy di Damaskus. Syaikh Nuh Najati dan keluarganya memutuskan pindah ke Damaskus dari Albania karena sistem pemerintahan yang sekuler yang diterapkan oleh Raja Ahmad Zugha.
Syaikhuna Al Albani tidak melanjutkan belajar di sekolah formal (selepas dari madrasah ibtidaiyyah), dan hanya belajar kepada ayahnya dalam mempelajari ilmu-ilmu lughah dan ilmu-ilmu syar’i. Beliau juga belajar kepada Syaikh Sa’id Al Burhani rahimahullah dalam mempelajari ilmu fikih madzhab Hanafi dan kitab Syudzurudz Dzahab dalam ilmu nahwu, dan beberapa kitab ilmu balaghah.
Ketika Syaikh Muhammad Raghib At Thabbakh rahimahullah mendengar kegigihan Syaikh Al Albani dalam mendakwahkan Al Qur’an dan As Sunnah, dan kegigihan beliau dalam ilmu hadits, beliau pun sangat ingin bertemu dengan Syaikh Al Albani untuk memberikan ijazah periwayatan hadits. Syaikh Muhammad Raghib pun memberikian kitab tsabt beliau yang berjudul Al Anwar Al Jaliyah fii Mukhtashar Al Atsbat Al Halabiyah. Oleh karena itu Syaikh Muhammad Raghib merupakan guru Syaikh Al Albani secara ijazah.
Syaikh Al Albani pernah bekerja sebagai tukang kayu, namun beliau tidak sukses dalam pekerjaan ini. Lalu beliau bekerja sebagai tukang reparasi jam yang ia pelajari dari ayahnya. Lalu beliau menekuninya hingga ia terkenal dengan pekerjaan tersebut. Dan dari sebab pekerjaan ini lah syaikh mendapatkan penghasilan dan rezeki.
Syaikh Al Albani lalu mulai menggeluti ilmu hadits pada saat usia beliau sekitar 20 tahun-an, setelah beliau mendapat pengaruh dari dakwah Syaikh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah. Ilmu hadits pun menjadi kesibukan utama dari Syaikh Al Albani sampai terkadang beliau menutup lapaknya karena pergi ke perpustakaan Azh Zhahiriyyah dan berada di sana selama 12 jam. Selama 12 jam itu beliau tidak bosan menelaah, memberi catatan, men-tahqiq, kecuali di waktu-waktu shalat. Sampai-sampai pengurus perpustakaan memberikan ruangan khusus bagi beliau untuk menelaah kitab-kitab dan melakukan penelitian-penelitian ilmiah, karena mereka melihat betapa gigihnya beliau dalam menelaah dan meneliti.
Ketika beliau mulai terjun ke dunia dakwah, beliau mengajak umat kepada manhaj yang shahih yaitu kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, dengan pemahaman para ulama salafus shalih, tanpa ta’ashub (fanatik) kepada salah seorang dari mereka namun tanpa meremehkan mereka. Dan sering sekali Syaikh Al Albani menyelisihi madzhab Hanafi, yang ia dididik dengannya, ketika telah nampak dalil yang memang menyelisihi pendapat madzhab.
Syaikh Al Albani pun menemui penentangan yang keras dari banyak ulama fanatikus madzhab dan masyaikh sufi serta selain mereka. Namun ada pula ulama yang tetap mendukung apa yang beliau lakukan, diantaranya Syaikh Muhammad Bahjah Al Baithar, juga Syaikh Abdul Fattah Al Imam yang merupakan pimpinan organisasi Syubbanul Muslimin, dan Syaikh Taufiqul Bazrah rahimahumullah, dan para ulama yang lainnya. Syaikh Al Albani pun senantiasa bersabar dan terus berjibaku menghadapi rintangan yang ada demi menegakkan sunnah, serta senantiasa tenang dalam menghadapi gangguan-gangguan yang akan ditemui, serta beliau terus bersabar menjalani jalan yang panjang.
Syaikh Al Albani memiliki sesi-sesi durus ilmiyah yang beliau berikan kepada murid-murid beliau yang durus ini banyak sekali memberikan faidah. Kitab-kitab yang beliau ajarkan diantaranya: Zaadul Ma’ad karya Ibnul Qayyim, Nukhbatul Fikar karya Ibnu Hajar Al Asqalani, Ar Raudhah An Nadhiyyah karya Shiddiq Hasan Khan, Fathul Majid Syarah Kitab At Tauhid karya Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdil Wahhab, Al Ba’itsul Hatsits Syarah Ikhtishar Ulumil Hadits karya Al Allamah Ahmad Syakir, Thabaqat Fuhul Asy Syu’ara karya Ibnu Sallam Al Jahmi, Ushulul Fiqh karya Abdul Wahhab Khalaf, Tath-hirul I’tiqad min Ardanil Ilhad karya Ash Shan’ani, Al Targhib wat Tarhib karya Al Mundziri, Al Adabul Mufrad karya Al Bukhari, Minhajul Islam fil Hukmi karya Muhammad Asad, Musthalah At Tarikh karya Asad Rustam, Fiqhus Sunnah karya Sayyid Sabiq, Riyadus Shalihin karya An Nawawi, Al Ilmam fi Ahaditsil Ahkam karya Ibnu Daqiqil Id.
Syaikh Al Albani pernah dipenjara di penjara Al Qal’ah Damaskus, yang merupakan penjara tempat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah dipenjara. Beliau dipenjara di sana selama 6 bulan. Dan sebelumnya juga beliau pernah dipenjara para tahun 1967M selama 1 bulan. Hal ini disebabkan gugatan dari sebagian masyaikh sufi yang mengajukan gugatan melawan beliau di pengadilan.
Beliau pun kemudian dikenal banyak orang. Bahkan orang dari berbagai penjuru dunia menjadikan beliau rujukan dalam perkara-perkara syariat, terutama dalam ilmu hadits. Kemudian para dewan petinggi Universitas Islam Madinah pun meminta beliau untuk mengampu pengajaran hadits dan fiqih di universitas tersebut. Ketika itu ketua dewan petinggi Universitas Islam Madinah adalah Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Asy Syaikh, yang beliau juga menjabat sebagai rektor universitas tersebut juga sebagai Mufti ‘Am Kerajaan Saudi Arabia. Syaikh Al Albani pun mengajar ilmu hadits di sana selama 3 tahun sejak 1381H hingga akhir tahun 1383H.
Pokok-pokok dakwah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani
Syaikh Ibrahim Al Hasyimi dalam Shafahat Musyriqah min Hayati Asy Syaikh Al Albani (144-145) mengatakan:
“Pembahasan mengenai dakwah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani dan jasa-jasanya dalam dakwah dan jihad adalah pembahasan yang panjang. Oleh karena saya akan ringkaskan pokok-pokok dakwah beliau dalam poin-poin berikut:
Mendakwahkan untuk kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah yang shahih, serta meninggalkan fanatik madzhab dan fanatik terhadap pendapat individu
Mendakwahkan untuk memahami Al Qur’an dan As Sunnah sebagaimana dipahami oleh salafus shalih radhiallahu’anhum, karena tidak ada jalan untuk kejayaan umat kecuali dengannya.
Mendakwahkan untuk mentauhidkan Allah ‘Azza wa Jalla semata, serta menjelaskan akidah salafus shalih dalam asma wa shifat Allah dan dalam bab akidah yang lain.
Mendakwahkan untuk totalitas dalam meneladani Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, sebagai perwujudan dari syahadat “anna muhammadar rasulullah“.
Memperingatkan orang untuk menjauhi kesyirikan dengan berbagai bentuk dan wujudnya.
Memperingatkan orang untuk menjauhi firqah sesat seperti Ahmadiyah Qadhiyaniyah, Syi’ah Rafidhah, Ingkarus Sunnah.
Memperingatkan orang untuk menjauhi bid’ah, perbuatan-perbuatan munkar, adat istiadat dan budaya luar yang dimasukan ke dalam masyarakat Muslim.
Memperingatkan orang untuk menjauhi bid’ah secara umum sebagaimana telah diperingatkan oleh Allah Ta’ala untuk menjauhinya.
Mencurahkan tenaga untuk menjaga warisan para salaf dengan mentahqiq kitab-kitab akidah dan kitab-kitab hadits, dan menghidupkan semangat ini.
Mengenalkan sunnah-sunnah yang shahih kepada umat agar mereka mengamalkannya dan mengenalkan yang dhaif-dhaif agar mereka menjauhinya, serta menghidupkan semangat untuk senantiasa mengecek validitas dalil sebelum beramal.
Menghidupkan banyak sunnah mahjurah (sunnah-sunnah yang telah ditinggalkan) di berbagai negeri melalui tulisan-tulisan beliau dan juga majelis ta’lim.
Penentangan keras beliau terhadap orang-orang yang terpengaruh pemikiran takfiri kontemporer yang merupakan pemikiran menyimpang. Dan beliau menghalangi para pemuda dari pengaruh pemikiran yang fatal ini.
Menjelaskan kedudukan hadits dalam Islam, bahwasanya umat tidak bisa hanya mencukupkan diri pada Al Qur’an saja.
Menjelaskan validnya berhujjah dengan hadits dalam masalah akidah, sebagaimana juga ia adalah hujjah dalam masalah fikih.
Mendakwahkan manhaj tashfiyah (yaitu membersihkan Islam dari hal-hal yang bukan berasal dari Islam) dan tarbiyah (pendidikan) umat untuk berpegang pada manhaj yang murni tersebut.
Memperingatkan orang untuk menjauhi fanatik terhadap organisasi massa, yayasan dan partai yang dijadikan sebagai patokan al wala wal bara’“.
Sebagian aktifitas dakwah beliau
Syaikh Al Albani menjadi pembicara dalam Nadwah (simposium) Al Allamah Muhammad Bahjat Al Baithar rahimahullah bersama para profesor dari Majma Al Ilmi di Damaskus, diantaranya profesor Izzuddin At Tanuhi. Mereka mengajarkan kitab Al Hamasah karya Abu Tammam.
Fakultas Syariah di Universitas Damaskus meminta Syaikh Al Albani untuk mentakhrij hadits-hadits seputar fikih jual-beli yang ada di Mausu’ah Fiqhil Islami yang akan mereka terbitkan pada tahun 1955M.
Syaikh Al Albani dipilih sebagai anggota dewan Lajnah Hadits yang dibentuk oleh Suriah dan Mesir yang tugasnya adalah menyebarkan kitab-kitab sunnah dan mentahqiqnya.
Univesitas Salafiyah di Benares, India, meminta Syaikh Al Albani untuk mengajar hadits di sana. Namun beliau menolaknya karena sulitnya tinggal bersama anak-anak dan istrinya, sebab ketika itu India dalam keadaan perang dengan Pakistan.
Menteri pendidikan di Saudi Arabia, Syaikh Hasan Abdullah Alu Asy Syaikh pada tahun 1388H juga pernah meminta Syaikh Al Albani untuk menjadi musyrif di Departemen Pendidikan Tinggi Universitas Ummul Qura’ di Makkah. Namun Syaikh Hasan Abdullah Alu Asy Syaikh lengser sebelum mewujudkan keinginan tersebut.
Syaikh Al Albani diangkat menjadi dewan Majelis A’la di Universitas Islam Madinah periode 1395 – 1398H.
Syaikh Al Albani melakukan safari dakwah ke Spanyol, diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Muslim Spanyol, dan menyampaikan muhadharah (tabligh akbar) penting dengan judul Al Hadits Hujjah bi Nafsihi fil ‘Aqaid wal Ahkam (hadits adalah hujjah independen dalam perkara akidah dan fikih).
Syaikh Al Albani berkunjung ke Kuwait dan menyelenggarakan banyak muhadharah dan juga majelis ta’lim. Juga mengunjungi Uni Emirat Arab dan Qatar, menyelenggarakan beberapa muhadharah di sana. Diantaranya muhadharah berjudul Manzilatus Sunnah Fil Islam (kedudukan as sunnah dalam Islam).
Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah selaku ketua Lajnah Daimah juga menugaskan Syaikh Al Albani untuk mendakwahkan tauhid dan sunnah serta manhaj Islam yang benar di Mesir, Afrika dan Britania.
Syaikh Al Albani juga diundang ke berbagai muktamar. Beliau hadiri sebagiannya dan tidak bisa hadir pada mayoritasnya, karena kesibukan beliau berdakwah.
Syaikh Al Albani juga mengunjungi beberapa negara di Eropa, seperti Almenia, dan mengunjungi organisasi-organisasi Islam serta pelajar Muslim di sana. juga mengadakan beberapa sesi majelis ta’lim.
Murid-murid beliau
Murid-murid Syaikh Al Albani sangatlah banyak, yang paling menonjol diantaranya:
- Asy Syaikh Hamdi Abdul Majid As Salafy
- Asy Syaikh Ali Khasyan
- Asy Syaikh Muhammad ‘Id Al Abbasy
- Asy Syaikh Muhammad Ibrahim Syaqrah
- Asy Syaikh Nabil Al Kayyal
- Asy Syaikh Ali bin Hasan Al Halabi Al Atsary
- Asy Syaikh Salim bin Id Al Hilaly
- Asy Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman
- Asy Syaikh Husain Al ‘Awaisyah
- Asy Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr
- Asy Syaikh Abul Yasar Ahmad Khasyab
- Asy Syaikh Muhammad Jamil Zainu
- Asy Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini
- Asy Syaikh Ahmad Abul ‘Ainain
Dan murid-murid beliau yang lain yang tersebar di berbagai penjuru negeri.
Karya ilmiah beliau
Tulisan-tulisan yang sudah tercetak diantaranya:
- Adabuz Zifaf fi Sunnatil Muthahharah
- Al Ajwibah An Nafi’ah ‘an As’ilah Masjid Al Jami’ah
- Ahadits Al Isra’ wal Mi’raj
- Ahkamul Janaiz wa Bida’uha
- Irwaul Ghalil fi Takhrij Ahadits Manaris Sabil
- Bughyatul Hazim fi Fahrasati Mustadrak Al Hakim
- Tahdzirus Sajid min Ittikhadzil Qubur Masajid
- Takhrij Hadits Abi Sa’id Al Khudri fi Sujudis Sahwi
- Tasdidul Ishabah ila Man Za’ama Nushratal Khulafa Ar Rasyidin was Shahabah
- Tash-hihu Hadits Iftharis Sha’im Qabla Safarihi ba’dal Fajr
- Talkhis Ahkamul Janaiz
- Talkhis Shifati Shalatin Nabi
- Tamamun Nush-hi fi Ahkamil Mas-hi
- At Tawassul Anwa’uhu wa Ahkamuhu
- Jilbab Mar’ah Muslimajh
- Hujjatun Nabi kama Rawaha Jabir Radhiallahu’anhu
- Hujatul Wada’
- Al Hadits Hujjah bi Nafsihi fil ‘Aqaid wal Ahkam
- Hukmu Tarikis Shalah
- Khutbatul Hajah allati Kaanar Rasulu Shallallahu’alaihi Wasallam Yu’allimuha Ash Shahabah
- Az Zawaid ‘ala Mawarid
- Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah wa Syai’un min Fiqhiha wa Fawaidiha
- Silsilah Al Ahadits Adh Dha’ifah wal Maudhu’ah wa Atsaruha As Sayyi’ fil Ummah
- Shahih Adabil Mufrad lil Bukhari
- Shahih Al Isra wal Mi’raj
- Shahih At Targhib wat Tarhib lil Mundziri
- Shahih Al Jami’ Ash Shaghir wa Ziyadatihi lis Suyuthi
- Shahih Sunan Abi Dawud
- Shahih Sunan Ibni Majah
- Shahih Sunan At Tirmidzi
- Shahih Sunah An Nasa’i
- Shahih Siratin Nabawiyah
- Shahih Al Kalimit Thayyib libni Taimiyyah
- Shahih Mawarid Azh Zham’an ila Zawaid Ibni Hibban
- Shifatu Shalatin Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam minat Takbir ilat Taslim Kaanaka Taraaha
- Shalatut Tarawih
- Shalatul Idain fil Mushalla Kharijal Balad Hiyas Sunnah
- Dha’if Al Adabil Mufrad lil Bukhari
- Dha’if At Targhib wat Tarhib lil Mundziri
- Dha’if Al Jami’ Ash Shaghir wa Ziyadatihi lis Suyuthi
- Dha’if Sunan Abi Dawud
- Dha’if Sunan Ibni Majah
- Dha’if Sunan At Tirmidzi
- Dha’if Sunan An Nasa’i
- Dha’if Mawarid Azh Zham’an ila Zawaid Ibni Hibban
- Zhilalul Jannah fi Takhrijis Sunnah libni Ashim
- Audah ilas Sunnah
- Fitnatut Takfir
- Fahras Ash Shahabah Ar Ruwah fi Musnadil Imam Ahmad bin Hambal
- Fahras li Masanidis Shahabah li Musnadil Imam
- Fahras Makhthuthat Daril Kutub Azh Zhahiriyyah
- Qishatul Masih Ad Dajjal wa Nuzulu Isa ‘alaissalam wa Qatalahu Iyyah fi Akhiriz Zaman
- Qiyam Ramadhan wa Bahtsun Qayyim anil I’tikaf
- Kaifa Yajibu An Nufassir Al Qur’an
- Al Lihyah fi Nazhrid Diin
- Mukhtashar Shahih Al Bukhari
- Mukhtashar Shahih Muslim
- Mukhtashar Kitabul Uluw lil Hafidz Adz Dzahabi
- Manasikul Hajj wal Umrah fil Kitabi was Sunnah wa Atsaris Salaf
- Manzilus Sunnah fil Islam
- Nashbul Majaniq Linashfi Qishatil Gharaniq
- Naqdu Nushush Haditsiyyah fits Tsaqafah Al Ammah
- Wujubul Akhdzi bihaditsil Ahad fil Aqidah wal Ahkam
Tulisan-tulisan yang belum tercetak diantaranya:
- Ahaditsul Buyu’ wa Atsaruhu
- Ahadits At Taharri wal Bina ‘alal Yaqin fis Shalah
- Ahkamur Rikaz
- Izalatus Syukuk min Haditsil Buruk
- Al Amtsilah An Nabawiyah
- Al Ayat wal Ahadits fi Dzammil Bid’ah
- At Ta’qilat Hisan a’la Ihsan
- At Tamhid lifardhi Ramadhan
- Ats Tsamar Al Mustathab fi Fiqhis Sunnah
- Al Jam’u Bayna Mizanil I’tidal Lidzahabi wa Lisanil Mizan libni Hajar
- Al Haud wal Maurud fi Zawaid Muntaqa Ibni Jarud ‘alas Shahihain
- Ad Da’wah As Salafiyah, Ahdafuha, wa Mauqifuha minal Mukhalifina laha
- Ar Raudhun Nadhir fi Tartib wa Takhrij Mu’jam Ath Thabrani Ash Shaghir
- As Safar Al Maujub lil Qashr
- Al Fahras Asy Syamil li Ahadits wa Atsaril Kitabil Kamil libni Adi
- Al Fahras Al Muntakhab min Maktabah Khazanah Ibni Yusuf
- Al Mustadrak ‘ala Mu’jam Al Mufahras li Alfazhil Hadits
- Bayna Yaday At Tilawah
- Tarjamah Ash Shahabiy Abi Ghadiyah, wa Dirasah Marwiyati Qitlati Ammar bin Yasir
- Talkhis Hijab Al Mar’ah
- Tahdzib Shahih Al Jami’ Ash Shaghir wa Ziyadatihi wal Istidrak ‘alaihi
- Taisir Intifa’ Al Khallan bi Tsiqati Ibni Hibbam
- Jawab Haula Adzan wa Sunnatil Jum’ah
- Daf’ul Adhrar fi Tartib Muykilil Atsar lil Imam Ath Thahawiy
- Shahih Abi Dawud
- Shahih Kasyful Astar ‘an Zawaid Al Bazzar lil Haitsami
- Shifatu Shalatil Kusuf wama Warada fiha minal Ayat
- Shalatul Istisqa
- Dhai’f Kasyful Astar ‘an Zawaid Al Bazzar lil Haitsami
- Fahras Ahadits Kitabit Tarikh Al Kabir lil Bukhari
- Fahras Ahadits Kitab Asy Syari’ah lil Ajurri
- Fahras Asma Ash Shahabah alladzi Asnadul Ahadits fi Mu’jam Ath Thabrani Al Ausath
- Fahras Al Makhthuthat Al Haditsiyyah fi Maktabah Al Auqaf Al Halabiyah
- Fahras Ahadits Al Kawakib Ad Darari libni Urwah Al Hambali
- Qamus Al Bida’
- Mudzakarat Ar Rihlah ila Mishr
- Ma’al Ustadz Ath Thanthawi
- Mu’jam Al Hadits An Nabawi
- Munazharah Kitabiyyah ma’a Thaifah min Atba’ Ath Thaifah Al Qadiyaniyah
- Muntakhabat min Fahras Al Maktabah Al Barithaniyyah
- Al Mawarid As Suyuthi fil Jami’ Ash Shaghir
- Naqdu Kitabit Taajil Jami’ lil Ushul, lis Syaikh Manshur Nashif
- Wadh’ul Ashaar fi Tartib Ahadits Musykilil Atsar
Selain itu terdapat puluhan kitab yang beliau tahqiq, takhrij, atau ta’liq.
Pujian Ulama
Asy Syaikh Al Allamah Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz mengatakan: “tidak pernah aku melihat di bawah kolong langit ini seorang yang alim dalam masalah hadits di zaman ini yang semisal dengan Al Allamah Muhammad Nashiruddin Al Albani”.
Syaikh Ibnu Baz juga ditanya tentang hadits bahwa Allah menjadikan setiap 100 tahun seorang mujaddid bagi agama ini, siapakah mujaddid tersebut di masa ini? Syaikh Ibnu Baz menjawab: “Asy SyaikhMuhammad Nashiruddin Al Albani, dialah mujaddid di zaman ini menurutku, wallahu a’lam“.
Asy Syaikh Al Allamah Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan: “dari pertemuanku dengan beliau (Al Albani) yang hanya beberapa kali, beliau adalah orang yang sangat bersemangat mengamalkan sunnah dan memerangi bid’ah. Baik dalam akidah maupun dalam amal. Adapun dari tulisan-tulisan beliau yang saya baca, saya pun mengetahui hal tersebut. Dan beliau adalah orang yang memiliki pengetahuan yang besar dalam ilmu hadits, secara riwayah maupun dirayah. Dan Allah Ta’ala telah menjadikan beliau orang yang bermanfaat kepada manusia melalui tulisan-tulisannya, serta dari ilmunya, serta dari jasa dan upaya besarnya dalam ilmu hadits. Dan ini adalah anugrah yang besar bagi kaum Muslimin, walillahil hamd. Adapun hasil-hasil tahqiq beliau dalam bidang hadits, saya sarankan anda merujuk kepada beliau”.
Asy Syaikh Abdul Aziz bin Shalih Al Hadah mengatakan: “Syaikh Asy Syinqithi menghormati Syaikh Al Albani dengan penghormatan yang luar biasa. Jika Asy Syinqithi melihat Al Albani lewat, padahal Syaikh Asy Syinqithi sedang mengajar di Masjidil Nabawi, beliau menghentikan sejenak pengajarannya lalu berdiri dan bersalam kepada Al Albani sebagai bentuk hormat kepada beliau”.
Asy Syaikh Abdullah Ad Duwaisy mengatakan: “Sejak beberapa kurun saya tidak pernah melihat orang semisal Syaikh Nashir (Al Albani) yang banyak meluangkan waktu dan tenaga untuk melakukan tahqiq. Dan setelah Asy Suyuthi sampai zaman kita sekarang ini belum ada orang yang men-tahqiq ilmu hadits dengan upaya sebesar ini kecuali Syaikh Nashir”.
Wafatnya Al Albani
Di usia 85 tahun, beliau sering mengalami sakit hingga beberapa kali masuk rumah sakit. Di akhir-akhir masanya, Syaikh Al Albani dibawa ke rumah sakit di Yordania untuk menjalani perawatan yang intensif. Pada hari Sabtu 21 Jumada Akhirah 1420H bertepatan dengan 2 Oktober 1999M setelah shalat Isya, beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Lebih dari 5.000 orang berdatangan kemudian menyalati dan mengiringi penguburan jenazah Syaikh Al Albani rahimahullah.
Semoga Allah merahmati beliau dan meninggikan derajat beliau. Semoga Allah membalas semua jasa-jasa beliau, menjadikan amalan beliau sebagai pemberat timbangan kebaikan di yaumul mizan. Semoga Allah menjadikan ilmu-ilmu yang beliau tinggalkan bermanfaat bagi kaum Muslimin, dan menjadi sebab bagi kaum Muslimin untuk istiqamah di atas Al Haq. Semoga Allah mengumpulkan kita bersama beliau di kalangan para Nabi, orang-orang shiddiq, orang-orang shalih seabgai penghuni jannah-Nya kelak.
Diterjemahkan dari Ikhtiyarat Fiqhiyyah lil Imam Al Albani, karya Ibrahim Abu Syadi, hal 9-29
Penerjemah: Yulian Purnama
Artikel Muslim.or.id
Disalin Dari :
https://muslim.or.id/27562-biografi-asy-syaikh-al-muhaddits-muhammad-nashiruddin-al-albani-1.html
https://muslim.or.id/28995-biografi-asy-syaikh-al-muhaddits-muhammad-nashiruddin-al-albani-2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar