بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Artikel ini merupakan rangkuman dari kajian Ustadz Firanda Andirja pada tanggal 14 November 2021 yang bertemakan "Kiat Kiat Hati Bersih"
Saya memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah,Tuhan ‘Arsy yang agung agar memeliharamu di dunia dan akhirat, menjadikanmu diberkahi di manapun berada, menjadikanmu bersyukur saat diberi nikmat, bersabar ketika ditimpa musibah, dan meminta ampun jika berbuat dosa. Tiga hal terakhir yang telah disebutkan di atas adalah kunci kebahagiaan.
Tentu cita cita kita semua, untuk mendapatkan hati yang bersih, bahkan Nabi pun menginginkan hal ini, sebagaimana firman Allah ta’ala yang menjelaskan nabi Ibrahim ‘alaihissalam berdo’a didalam surah Asy-Syu’ara ayat 87-89:
وَلَا تُخْزِنِيْ يَوْمَ يُبْعَثُوْنَۙ
dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ
(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna,
اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.
Kita tahu bahwa orang yang mempunyai hati yang “selamat” , maka dia akan berbahagia, sebagaimana semua orang di dunia ini mereka mencari kebahagiaan, dan semua orang di dunia ini sepakat bahwa letak kebahagiaan letaknya di hati, oleh karnanya bersihnya hati seseorang merupakan salah satu kebahagiaan yang Allah sebutkan didalam surga kelak, Allah ta’ala berfirman :
وَنَزَعْنَا مَا فِيْ صُدُوْرِهِمْ مِّنْ غِلٍّ اِخْوَانًا عَلٰى سُرُرٍ مُّتَقٰبِلِيْنَ
Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka; mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (QS Al-Hijr : 47)
Dalam ayat ini Allah ﷻ menjelaskan tentang penghuni surga kelak, yaitu hati hati mereka dibersihkan oleh Allah ﷻ dari penyakit dan mereka dijadikan oleh Allah ﷻ saudara, dan mereka saling berhadapan dengan penuh semangat diantara mereka karena mereka tidak mempunyai penyakit hati sama sekali.
Dalam hadist juga Rasulullah ﷺ menyebutkan :
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَالَّذِينَ عَلَى آثَارِهِمْ كَأَحْسَنِ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ إِضَاءَةً قُلُوبُهُمْ عَلَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ لَا تَبَاغُضَ بَيْنَهُمْ وَلَا تَحَاسُدَ لِكُلِّ امْرِئٍ زَوْجَتَانِ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ يُرَى مُخُّ سُوقِهِنَّ مِنْ وَرَاءِ الْعَظْمِ وَاللَّحْمِ
dari [Abu Hurairah radliallahu 'anhu] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Rombongan pertama yang memasuki Surga rupa mereka bagaikan bulan saat purnama dan rambongan berikutnya yang mengiringi mereka bagaikan bintang yang sangat terang cahayanya di langit. Hati mereka bagaikan hati seorang laki-laki yang tidak pernah membenci dan saling hasad (iri) di antara mereka. Setiap orang dari mereka memiliki dua istri dari bidadari yang sumsum tulangnya dapat kelihatan dari betis-betis mereka dari balik tulang dan daging".
Dalam hadist ini Rasulullah ﷺ menyebutkan ni’mat hati yang bersih yaitu bersih dari penyakit penyakit hati tidak ada hasad, dengki, dendam, dongkol dan yang lain nya, yang dimana jika seseorang memiliki hati yang seperti ini, maka dia juga akan bahagia.
“Semakin bersih hatinya maka dia semakin bahagia, dan semakin kotor hatinya maka dia semakin sengsara”
Dari sini kita tahu bahwa membersihkan hati adalah pembahasan yang sangat penting bagi kita semua, apakah itu kita remaja, tua, ataupun sudah menjalani rumah tangga, hal ini perlu bagi kita dalam ber-muamalah dengan sesama muslim, kita perlu menjaga hati kita agar hati kita bersih.
“Jika Hati Kotor Mendatangkan Kesedihan, Maka Hati Bersih Mendatangkan Kebahagiaan”
Orang yang hatinya kotor dia akan semakin sengsara, yang dimana hatinya penuh dengan hasad, dengki, dongkol, dendam, maka dia adalah orang yang paling menderita, meskipun dia memiliki harta yang banyak, mobil berlimpah dan rumah yang mewah, hal tersebut tidak akan membahagiakan dirinya jikalau hatinya “kotor”, semakin banyak penyakit hatinya, dia akan semakin sengsara dan menderita.
Banyak dari orang, kita lihat bahwa dari strata ekonominya dia kaya dan berkecukupan, ternyata mereka tidak bahagia dan bahkan diantara mereka ada yang bunuh diri ditengah ketenaran dan polularitas yang dia geluti, bahkan orang orang mengira bahwa mereka bahagia, dan orang orang ingin mengikuti gaya hidupnya sedangkan mereka sendiri tidak bahagia, tentunya semua ini karna hatinya yang kotor.
Demikian juga, jikalau hati ini kotor yaitu berkegantungan kepada selain Allah ﷻ maka dia akan sengsara,
“semakin dia tidak ikhlash kepada Allah ﷻ maka dia semakin tidak bahagia demikian juga sebaliknya jika dia semakin ikhlash kepada Allah ﷻ maka dia semakin bahagia”
Maka, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullah :
“Bahwasanya asal daripada kebahagiaan itu dari ikhlash kepada Allah ﷻ dan membantu orang lain”
Al Imam ibn Qoyyim Rahimahullah juga mengatakan :
من أحب شيئا غير الله عذب به
Siapapun yang mencintai sesuatu yang lain. daripada Allah tersiksa olehnya.
Maka seseorang hendaknya berusaha mencintai karna Allah, karna jika seseorang mencintai sesuatu bukan karna Allah ﷻ dia akan tersiksa, karena didalam hatinya ada kecintaan kepada selain Allah ﷻ mungkin kecintaan yang berlebihan kepada istrinya, mobilnya dan rumahnya, jadi seseorang hendaknya berusaha untuk membersihkan hati ini dari ketergantungkan kepada selain Allah ﷻ.
Dan inilah merupakan kiat kiat supaya hati kita bisa menjadi bersih, dan orang yang hatinya bersih merupakan mu’min yang terbaik, makadari itu Nabi ﷺ pernah ditanya tentang siapakah mu’min yang terbaik, maka beliau menjawab ﷺ yaitu yang hatinya dibersihkan dan lisan nya jujur.
أفضل الناس كل مخموم القلب صدوق اللسان
“Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bersih hatinya dan selalu benar atau jujur lisannya.”
قالوا : صدوق اللسان نعرفه فما مخموم القلب ؟
Kemudian mereka para sahabat berkata, mengenai jujur atau benar lisannya, kami sudah mengetahuinya, tetapi apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya?”
قال : التقي النقي ، لا إثم فيه و لا بغي و لا غل و لا حسد
Beliau menjawab, “Yaitu seseorang yang bertakwa dan bersih, yang tidak terdapat dosa pada dirinya, tidak dzholim, tidak iri, dan juga tidak dengki.”
Jadi hendaknya seseorang berusaha untuk menjadi mu’min yang terbaik, apa lagi Allah ﷻ tidak melihat rupa melainkan Allah ﷻ mengutamakan hati dan amalan seseorang sebagaimana hadist Nabi ﷺ berikut :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ
Nabi ﷺ telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.
Jadi disini yang menjadi pusat perhatian Allah ﷻ adalah “Hati dan Amal”, bukan seberapa gagah, tampan, kuat, hebatnya seseorang, tapi hati dan amal lah lebih penting, makadari itu saya mengajak diri saya pribadi dan teman teman sekalian untuk memberikan perhatian yang besar kepada hati, karena sebagian besar kita terlalu menaruh perhatian yang cukup besar kepada fisik dan penampilan, hendaknya seorang mu’min memperhatikan gerak gerik hatinya, dan jangan membiarkan hatinya berkelana begitusaja, dia harus cek kondisi hatinya, apakah iman nya lagi turun ataukah lagi naik, apakah dia sedang hasad atau riya dan lain lain.
Jangan terberdaya perhatian dengan penampilan fisik sehingga lupa dengan apa yang ada didalam hati, dan sesungguhnya perhatian terhadap hati harus lebih ekstra daripada perhatian kita kepada rupa atau fisik, baiklah ini merupakan beberapa kiat kiat yang membantu kita untuk membersihkan hati.
1. Menjaga Lisan
Dalam hadist kata Rasulullah ﷺ :
لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ ، وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ
“Tidaklah istiqomah iman seorang hamba sampai istiqomah hatinya, dan tidaklah istiqomah hatinya sampai istiqomah lisannya.”
Disini jelas bahwa tidak akan istiqomah iman seorang hamba sampai istiqomah hatinya, dan tidak mungkin hatinya istiqomah sampai lisannya istiqomah, kenapa bisa demikian ?, karena kita tahu bahwa hati ini seperti wadah, sebagaimana perkataan sebagian para sahabat :
القلوب أوعية فخيرها أوعاها للعلم
Hati manusia itu bagaikan bejana (wadah). Oleh karena itu, hati yang terbaik adalah hati yang paling banyak memuat ilmu.
Dan diantara corong corong tersebut ialah apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar, jadi apa yang sering kita bicara dan dengarkan, itulah yang akan ter-peroyeksi kedalam hati kita, maka hendaknya seseorang tidak sembarang berbicara, jika dia berbicara tentang dunia melulu maka itulah yang akan masuk kedalam hatinya maka seseorang hendaknya menjaga lisannya.
Kalau sahabat Abu Bakar Rodhiallahu’anhu saja pernah memegang lisan nya seraya berkata :
هَذَا أَوْرَدَنِيْ المَوَارِدَ
“Inilah yang mengantarkanku pada kebinasaan.”
Dan kita tahu bahwa orang tersebut adalah sahabat Abu Bakah Ash Shidiq yang mempunyai banyak keutamaan, terus bagaimana lagi dengan kita ?, seseorang hendaknya bisa mengamalkan amalan dari Nabi ﷺ :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.”
Maka seseorang hendaklah mengamalkan hadsit ini, terlebih lagi pada zaman fitnah media sosial sekarang yang dimana kita melihat banyak orang yang suka berkomentar, suka berpendapat dan mengeluarkan pendapat yang ada didalam pikirannya, hendaknya seorang mu’min merenungi apa yang hendak ia bicarakan, karena setiap pembicaraan nya tercatat dan ada tanggung jawabnya di akhirat kelak.
Dan hal ini juga mempengaruhi apa yang ada di dalam hatinya, seseorang tidak akan bersih hatinya sampai dia membereskan lisan nya terlerbih dahulu, jadi hal ini adalah ibarat corong yang akan mengisi hati kita, makanya diantara do’a dzikir pagi dan petang Nabi ﷺ berdo’a :
اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ
“Ya Allah, selamatkanlah tubuhku (dari penyakit dan dari apa yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkanlah pendengaranku (dari penyakit dan maksiat atau dari apa yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkanlah penglihatanku, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.
Didalam do’a ini Nabi ﷺ meminta perlindungan dari pengelihatan dan pendengaran, 2 hal ini juga merupakan corong yang sangat kuat memproyeksikan apa yang terdapat didalam hati kita, hati hati tatkala kita menggunakan media sosial, jika seseorang tidak bisa menjaga pandangan dan lisannya maka hendaknya dia tidak usah bermedia sosial jika sebaliknya (mampu) maka silahkan, karena hati ini sangatlah lemah, dan banyak dari kita tidak bisa menguasai hati kita masing masing, dan banyak contohnya, seperti kita sholat ingin khusyuk tapi susah, kita tidak ingin menangis tetapi kita menangis, dan lain lain, contoh tersebut memproyeksikan bahwa hati kita ini sulit untuk dikuasai
Apa yang kita lihat dan dengar hal ini sangat mudah masuk kedalam hati dan juga bisa mengotori hati kita, seharusnya hati kita diisi dengan Al-Qur’an, Hadist Hadist Nabi ﷺ ,Perkataan Para Ulama, Kata Kata Yang Indah, namun jika hati kita diisi dengan hal hal yang buruk maka ini akan merusak hati kita, jika ingin memiliki hati yang bersih, maka jagalah LISAN, PENDENGARAN, PENGELIHATAN, dan PEMBICARAAN maka hendaknya kita waspada terhadap hal tersebut.
2. Perbanyak Istigfar
Kenapa ?, karena setiap perbuatan dosa kita pasti ada efeknya, dan yang pertama ialah menimpa efek hati, yang dari awalnya hati kita bersih setelah itu langsung terkontaminasi dengan maksiat yang kita lakukan, dan Nabi ﷺ mengatakan :
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}
“Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertaubat; niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa; niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah penutup yang difirmankan Allah, “Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka” (QS. Al-Muthaffifin: 4).
Maka kita hendaknya memperbanyak istigfar, kapan hati kita merasa bermasalah maka ucapkan istigfar, Nabi ﷺ pun jika menemukan hati berliau dengan keadaan yang bermasalah beliaupun beristigfar sebagaimana hadist :
إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِى وَإِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Ketika hatiku malas, aku beristighfar pada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.”
Ini dalil bahwasanya istigfar bisa menyembuhkan penyakit dihati kita, jika kita malas, sedih, riya, ujub ataupun marah dan yang lainnya, maka ucapkanlah istigfar, karena dengan hal tersebut kita bisa meredam penyakit hati atau kegelisahan yang ada pada hati kita, maka seseorang hendaknya memperhatikan gerak gerik hatinya, karena secuil riya yang terdapat didalam hati kita maka Allah ﷻ tau, sebagimana firman Allah ﷻ :
اِنَّهٗ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ
Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati. (QS AL-Mulk : 13)
dan kita tidak bisa menyembunyikan riya tersebut dari Allah ﷻ , dan kita pun merasa hati kita ada keganjalan penyakit tersebu, maka diri kita hendaknya tidak malu dan canggung untuk mengucapkan istigfar.
Diantara contoh lafal istigfar adalah :
1. أستغفر الله ( “Aku memohon ampun kepada Allah.” )
2. استغفر الله العظيم ( “Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung” )
3. استغفر الله واتوب اليه ( “Aku memohon ampun kepada Allah dan aku bertobat kepadanya”)
4. استغفر الله العظيم الذي لا اله الا هو الحي القيوم واتوب اليه ( “Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, Dzat yang tidak ada sesembahan kecuali Dia. Yang Mahahidup lagi Maha Berdiri Sendiri. Dan aku bertaubat kepada-Nya” )
5. Dan lafal lafal istigfar yang lain nya
Istigfarlah tatkala kita menemukan waktu senggang seperti mengantri lampu merah, atau mengantri mau mengisi bahan bakar mobil, mari kita isi waktu waktu luang kita dengan memperbanyak istigfar kepada Allah ta’ala, jangan biarkan waktu kita lewat begitu saja dengan hanya kita mengantri, mari manfaatkan waktu tersebut dengan berdzikir istigfar kepada Allah yang dengan tersebut Allah ﷻ menyembuhkan penyakit penyakit yang ada didalam hati kita.
Jika hati sudah kotor, dia tidak akan mengenal lagi kebaikan, jika dia melakukan maksiat, dia akan merasa dia baik baik saja, kalau dia meninggalkan ketaatan dia juga biasa biasa saja, makadari itu Al Imam Ibnu Qoyyim mengatakan :
والله لو ان القلوب سليمة لتقطعت اسفا من الحرمان
Demi Allah, Seandainya hati itu bersih, maka dia akan merasa tercabik cabik jika terhalangi dari perbuatan kebaikan
Olehkarenanya, selamatkan hati kita karena banyaknya sekarang hal hal yang dapat mengotori hati kita, seperti banyaknya informasi yang beredar di media sosial dan disana siapapun bisa berbicara, dan siapapun bebas beropini, dan setiap kita mempunyai gadged, pastinya susah untuk terhindar dari hal ini, maka dari itu potensi terkotorinya hati semakin tinggi.
3. Jangan terlalu banyak tau urusan orang, yang tidak penting bagi kita
Hal ini sebagaimana hadist Nabi ﷺ :
قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : “مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ، تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
“Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Diantara keelokan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang bukan urusannya’.”
Sifat rasa ingin tahu yang berlebihan tentang urusan orang lain, yang biasa kita namakan “Kepo” ini dapat merusak hati seseorang, apalagi menyangkut dengan keburukan orang lain, dan sebaiknya kita berusaha untuk tidak mengetahui keburukan orang lain supaya hati kita tidak terpapar keburukan dan noda noda, makanya ada hadist yang diriwayatkan oleh imam Ahmad, hadist ini di hasankan oleh syaikh Ahmad Syakir dan di dho’ifkan oleh syaikh Al-Albani namun disepakati oleh para ulama maknanya benar, Rasulullah ﷺ bersabda :
لَا يُبَلِّغُنِي أَحَدٌ مِنْ أَصْحَابِي عَنْ أَحَدٍ شَيْئًا، فَإِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَخْرُجَ إِلَيْكُمْ وَأَنَا سَلِيمُ الصَّدْرِ
Tidaklah seseorang di antara sahabat-sahabatku yang menyampaikan sesuatu kepadaku dari seseorang, [melainkan] aku sungguh senang jika aku keluar menemui kalian sementara aku dalam keadaan hati yang bersih.
Sebisa mungkin kita tidak mendengarkan keburukan orang lain, kecuali dengan keadaan keadaan tertentu misalkan seorang ustadz mendengarkan keluhan seseorang untuk meminta solusi dari permasalahan nya tersebut, makadari itu sebisanya kita menghindari mendengarkan keburukan dari orang lain karena kita menginginkan hati yang bersih tatkala bertemu teman teman kita.
Sebagian orang bangga dengan mengetahui keburukan orang lain, dan hal ini dapat kita jumpai pada kebanyakan ibu ibu yang suka sharing sana sharing sini, “Tau gak si fulanah A, itu gini”, “Tau gak ustadz fulan itu kaya gini lo” mungkin sebagian ibu ibu akan seperti ini jika mereka saling bertemu, dan hal ini sebenarnya tidak perlu dan bahkan kalau bisa kita latih sikap kita ini untuk tidak perlu tahu keburukan orang lain.
Jika kita mengetahui keburukan seseorang, maka hati kita rentan terkena kotoran, karena syaitan menghiasi berita keburukan tersebut sehingga hati kita pun rusak dan tercemari oleh penyakit hati, permasalahan nya adalah kita berselancar didunia internet, dan tentunya dengan kita terjun kesana kita tahu banyak permasalahan orang lain yang berpotensi bisa membuat hati kita kotor Allahulmusta’an.
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah pernah berkata :
“Sebaik baik amal perbuatan adalah bersinya hati dari berbagai macam dari segala bentuk kebencian”
Jadi tatkala kita tidak mau mendengar kejelekan dari orang lain, distu kita sedang beribadah kepada Allah ﷻ dan kita dapat pahala atas perbuatan tersebut, jadi dengan tidak mendengar keburukan orang lain, itu merupakan amal sholeh bahkan kata Al Imam Rajab Al Hambali rahimahullah tadi adalah amalan terbaik, dan dengan seperti ini hati kita akan terasa lebih terjaga dari kotornya hati.
4. Membalas Keburukan Dengan Kebaikan
Allah ﷻ berfirman :
ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (QS Fushilat : 34)
Tentunya ini adalah perkara yang mungkin sangat sulit bagi kita, tetapi dibalik itu ini merupakan diantara salah satu amalan yang terbaik yaitu membalas keburukan orang lain dengan kebaikan, jika orang berbuat jahat kepada kita maka do’akan lah dia, jika orang mencacimaki kita maka balaslah dengan tutur kata yang baik kepadanya, dan ini adalah perkara yang sangat berat, tetapi hal ini sangat membantu kita untuk mudah dalam membersihkan hati kita.
Diantara orang yang menakjubkan adalah Ibn Hajar Al Haitami rahimahullah ulama besar dari madzhab Syafi’I mempunyai buku berjudul “Az zawajir 'an Iqtirafil Kabair” yang dibahas dalam buku ini adalah tentang peringatan terhadap dosa dosa besar, dan beliau rahimahullah menyebutkan dibuku tersebut diantara dosa dosa besar adalah kumpulan penyakit penyakit hati.
Jika seseorang merasa hatinya sedang mengalami dengki, hasad dan benci maka hal ini mengantarkan kepada (الحقد) yaitu menyimpan kebencian didalam dada, dan hal ini menjadikan seseorang sangat menderita, dan cara untuk membersihkan penyakit ini diantaranya ialah “KITA BERBUAT BAIK TERHADAP ORANG YANG KITA BENCI”.
Karena tatkala kita membalas suatu keburukan dengan perbuatan baik maka kata Allah ﷻ “maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia” (QS Fushilat : 34), bisa jadi dia berubah yang asalnya jadi musuh kita menjadi teman kita dengan sebab balasan baik dari perbuatan buruk tersebut.
5. Berusaha Ikhlash dan Membantu Orang Lain
Asy-Syaikh al-'Allamah Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di rahimahullah berkata, :
فعنوان سعادة العبد إخلاصه للمعبود، وسعيه في نفع الخلق
Maka tanda kebahagiaan seorang hamba terletak pada keikhlasannya kepada Dzat yang diibadahi dan usahanya untuk memberi manfaat kepada makhluk.
Jika seseorang mengumpulkan 2 perkara ini maka InsyaaAllah hati nya akan bersih.
a) Ikhlash
Seseorang akan bersih hatinya jika dia berbuat ikhlash, karena dia berbuat semata mata hanya mencari ridho Allah ﷻ dan syi’ar dia adalah perkataan orang orang yang ber’iman :
اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاۤءً وَّلَا شُكُوْرًا
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu. (QS Al-Insan : 9)
Hal ini perlu kita latih dan ini merupakan derajat orang orang yang ber’iman ikhlash luar biasa, seseorang hendaknya melakukan amal sholeh apapun, dia hendaknya bergantung hanya kepada Allah ﷻ , bukan kepada pengakuan, sanjungan melainkan amal ibadah tersebut murni hanya untuk mencari perhatian dan pengakuan dari Allah ﷻ.
“Kapan Hati Kita Ikhlash Maka Disitu Hati Kita Bersih”
Permisalan jika kita menolong orang karna Allah ﷻ, maka jika orang yang bersangkutan tidak berterima kasih, kita tidak akan sedih, tetapi berbeda hal nya dengan orang yang menolong seseorang bukan karna Allah ﷻ, pasti dia akan sedih dan mungkin timbul gejolak di hatinya “Dasar, Sudah Ditolong Tidak Berterimakasih” dan orang ini merasa jengkel.
“Jika Kita Sudah Sampai Pada Derajat Ikhlash, Maka Kita Tidak Akan Pusing Dengan Komentar Orang Lain Kepada Kita”
Diantara bentuk menjaga keikhlashan adalah dengan dia menyembunyikan amal sholehnya sebagaimana perkataan sahabat, Az Zubair bin Al ‘Awwam mengatakan “Barangsiapa yang mampu menyembunyikan amalan sholihnya, maka lakukanlah.”
b) Membantu Orang Lain
Kita ingin hidup kita bermanfaat dunia dan akhirat, dan diantara mewujudkan hal tersebut ialah dengan membantu orang lain, hendaknya seseorang merenungkan dan bertanya kepada dirinya, “Apa yang bisa saya lakukan, untuk islam dan kaum muslimin” jika mempunyai kelebihan harta, maka silahkan berinfaq dan bersedekah, maupun juga yang mempunyai kecerdasan dia bisa mengajarkan suatu hal terhadap kaum muslimin dan lain lain.
“Sejauh mana dia memikirkan kaum muslimin, maka sejauh itu pula hati nya akan bersih”
Dia tidak akan tersibukan dari yang tidak bermanfaat, bisa jadi dari sibuk dengki, hasad, nyinyir orang menjadi tersibukan dengan hal hal yang bermanfaat bagi islam dan kaum muslimin, hal ini bisa kita mulai dari orang orang terdekat disekitar kita.
Hal ini kita latih sedikit demi sedikit dan tentunya sebisa mungkin kita lakukan untuk menggapai hati yang bersih dan terhindar dari buruknya noda noda kotor yang akan mengotori hati kita.
6. Jangan memasukkan dunia kedalam hati
Hal ini terutama untuk teman teman kita yang mempunyai kelebihan harta, mungkin Allah memberikan kita dunia berupa rumah, mobil, perhiasan, jam tangan bagus, maka hal ini hendaknya jangan masukan kedalam hati.
Sebagian ulama mengatakan bahwa permisalan dunia dan akhirat itu seperti seorang istri yang digabung dengan madunya, jika istri pertama diberikan perhatian sebentar, istri kedua ribut dan begitupun sebaliknya, hal ini susah dan tidak bisa bersatu, dan seperti itu juga dunia dan akhirat, jika kita lebih mengutamakan dunia maka akhirat kita terpinggirkan, dan sebaliknya jika kita lebih mengutamakan akhirat maka dunia kita yang terpinggirkan.
Diantara cara supaya dunia tidak masuk kedalam hati kita adalah dengan cara jangan terlalu “High Class / High Style” kita lihat Nabi ﷺ saja beliau terkadang jalan ke masjid tanpa sendal, beliau ﷺ juga bersabda :
إِنَّ الْبَذَاذَةَ مِنْ الْإِيمَانِ
Sesungguhnya sederhana dalam berpakaian adalah bagian dari iman.
Maka dari itu hendaklah kita jangan high class melulu, naik pesawat bisnis melulu, sesekali berpakaian dengan pakaian yang biasa, sesekali naik pesawat yang biasa, sesekali makan dipinggir jalan, intinya seseorang jangan terlalu mewah dikhawatirkan dunia tersebut masuk kedalam hati kita, Rasulullah ﷺ pernah berkata :
وَالْفَخْرُ وَالْخُيَلَاءُ فِي أَهْلِ الْخَيْلِ وَالْإِبِلِ
dan kebanggaan dan kesombongan ada pada pemilik kuda dan unta yang menggembala.
Kenapa ? karena terbawa dengan suasana dirinya, dia berbangga diri mempunyai unta dan kuda, jadi dunia yang berada disekitar kita akan mempengaruhi kita, dan hal tersebut tidak bisa kita hindari, betapa susahnya kita menjaga hati ini dan kita tentunya berusaha untuk menjaganya.
Kita lihat Nabi ﷺ ketika sahabat beliau melihat beliau yang tidur di sebuah tikar, dan terlihat bekas dari tikar tersebut di lambung beliau ﷺ, dengan melihat kondisi tersebut sahabat menyarankan :
يا رَسولَ اللَّهِ، لوِ اتَّخذتَ فِراشًا أَوثرَ مِن هذا
“Wahai Nabi Allah! Andaikan engkau menggunakan permadani tentu lebih baik dari tikar ini”
فقالَ: ما لي ولِلدُّنيا
“Apa urusanku terhadap dunia?”
Dan hal ini tentunya berat sekali untuk kita lakukan di zaman sekarang, dan jika kita ada di posisi tersebut, yaitu ditawarin kasur ataupun itu yang lebih baik daripada tikar, maka kita pun langsung menyambutnya dengan senang hati, setelah itu Nabi ﷺ melanjutkan perkataan beliau :
ما مَثَلي ومَثَلُ الدُّنيا إلَّا كَراكبٍ سارَ في يَومٍ صائفٍ فاستَظلَّ تحتَ شَجرةٍ ساعةً من نَهارٍ ثمَّ راحَ وترَكَها
“Permisalan antara aku dengan dunia bagaikan seorang yang berkendaraan menempuh perjalanan di siang hari yang panas terik, lalu ia mencari teduhnya di bawah pohon beberapa saat di siang hari, kemudian ia istirahat di sana lalu meninggalkannya.”
أستغفر الله makadari itu, jika kita ingin hati kita bersih, maka jangan masukan dunia ini kedalam hati, bagaimana hati mau bersih jika hati kita ini dipenuhi dengan dunia dunia dan dunia.
7. Belajar Menerima takdir Allah
Hal ini tentu susah tetapi kita berusaha belajar untuk berbaik sangka kepada Allah ﷻ, dan senantiasa menerima takdir Allah ﷻ, di antara do’a Nabi ﷺ :
وَأَسْأَلُكَ الرِّضَاءَ بَعْدَ الْقَضَاءِ
Dan aku meminta kepada-Mu ya Allah, bisa rida setelah menerima qadha.
Ridho terhadap Qodho adalah sesuatu yang tidak mudah, betapa banyak orang yang berontak, teriak, dan marah tidak tahan dengan musibah yang Allah tetapkan bagi dirinya, didunia ini kita hidup untuk di uji, dan bukan berarti orang yang santai adalah orang yang tidak di uji, melainkan dia masih menunggu ujian berikutnya yang akan di timpakan kepadanya.
Dengan demikian dia tidak akan merasa jengkel terhadap Allah ﷻ, dan orang lain, bahkan tatkala dia di dholimi oleh orang pun dia tidak akan merasa jengkel, kenapa ? karena dia meyakini hal ini sudah di takdirkan oleh Allah ﷻ “Qodarullah (Semua sudah takdir)”, dengan hal ini bisa membantu kita untuk menjaga agar hati kita tetap bersih, dan semoga kita semua terutama saya pribadi dapat mengamalkan nya Aamiin.
Allahua’lam.
Semoga bermanfaat, jika ada kesalahan dalam penulisan ini, mohon kiranya di betulkan, karena mungkin saja ada kelalaian dari ana pribadi tatkala menulis rangkuman ini, kebenaran dari Allah ﷻ dan kesalahan dari kejahilan ana pribadi
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
ARTIKEL PENDUKUNG
https://carihadis.com/Shahih_Bukhari/3014
https://islamweb.net/ar/consult/index.php?page=Details&id=2176188
https://shahihfiqih.com/mutiara-hadits/%E2%80%8Bsebaik-baik-manusia/
https://almanhaj.or.id/11926-i-k-h-l-a-s-2.html
https://muslim.or.id/33387-10-kiat-istiqomah-10.html
https://muslim.or.id/2840-hati-yang-terbaik.html
https://maribaraja.com/abu-bakar-ash-shiddiq-kabaurangdulu026/
https://almanhaj.or.id/11518-dzikir-pagi-dan-petang.html
https://muslim.or.id/19817-noda-di-hati-yang-membandel.html
https://rumaysho.com/3437-perintah-memperbanyak-istighfar.html
https://rumaysho.com/12923-ini-tanda-orang-yang-tidak-cinta-pada-allah.html
https://firanda.com/1540-hati-yang-bersih.html
https://tafsirq.com/hadits/abu-daud/3630
https://www.muslimahnews.com/2020/11/22/wajibnya-ridha-bil-qadha/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar