Kebodohan dalam perkara agama itu
sangatlah buruk, dan merupakan penyakit yang mematikan.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah
mengatakan di dalam Nuniyyah-nya:
والجهل
داء قاتل وشفاؤه
” Dan
kebodohan itu adalah penyakit yang mematikan.
أمران
في التركيب متفقان
Obatnya
adalah dua perkara yang disepakati
نص
من القرآن أو من سنة
yaitu nash
dari Al Quran atau dari As Sunnah.
وطبيب
ذاك العالم الرباني
Dan
dokternya adalah seorang alim yang rabbani.
Penyakit kebodohan hanya akan bisa
sembuh dengan belajar menuntut ilmu. Ilmulah yang akan menghilangkan kebodohan
sehingga seseorang akan berada di atas jalan yang benar dan dijauhkan dari
jalan yang menyimpang.
Sumber: https://muslim.or.id/55902-menuntut-ilmu-untuk-menghilangkan-kebodohan.html
Dan diantara niat yang harus
diperhatikan ialah, kita menuntut 'ilmu untuk mengangkat kejahilan (kebodohan)
dari diri kita dan dari orang lain, sebagaimana imam Ahmad pernah ditanya
tentang 'ilmu, imam Ahmad rahimahullah berkata :
العِلْمُ
لَا يَعْدِلُهُ شَيْءٌ لِمَنْ صَحَّتْ نِيَّتُهُ
“ Ilmu itu tidak dapat ditandingi
oleh amal apa pun bagi orang yang benar niatnya.”
Ada yang bertanya, “Bagaimana niat
yang benar itu?”
Beliau rohimahullah menjawab:
يَنْوِي
رَفْعَ الْجَهْلِ عَنْ نَفْسِهِ وَعَنْ غَيْرِهِ
“Seorang meniatkan untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.”
Sebenarnya kita lahir dalam kejahilan
(kebodohan), maka dari itu kita angkat kejahilan (kebodohan) kita sedikit demi
sedikit, dan juga meniatkan mengangkat kejahilan dari orang lain, dan ini
tentunya sangat penting bagi para da'i, mereka menuntut 'ilmu dalam rangka
berniat dalam mengangkat kejahilan (kebodohan) dari masyarakat.
Mari kita lihat, diantara kisah kebodohan
kaum terdahulu yang Allah ta’ala ceritakan didalam Al-Qur’an ada beberapa yaitu
:
Kebodohan adalah sebab berpalingnya dari dakwah para nabi, atau sulit menerima dakwah yang benar.
Lihatlah firman Allah ta’ala didalam
surah Nuh ayat 29 :
وَيٰقَوْمِ لَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًاۗ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ وَمَآ اَنَا۠ بِطَارِدِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۗ اِنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَلٰكِنِّيْٓ اَرٰىكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُوْنَ
Dan wahai kaumku! Aku tidak meminta harta kepada kamu (sebagai imbalan) atas
seruanku. Imbalanku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir
orang yang telah beriman. Sungguh, mereka akan bertemu dengan Tuhannya, dan
sebaliknya aku memandangmu sebagai kaum yang bodoh.
Lihatlah disini, nabi Nuh ‘Alaihissalam
berdakwah selama beratus ratus tahun dan pengikutnya hanya segelintir orang,
hal ini dikarenakan kebodohan mereka, makanya orang orang yang menolak dakwah
yang benar pada zaman sekarang adalah melainkan dikarenakan kebodohan yang ada
pada dirinya.
b) Kaum nabi Luth medapatkan ‘adzab di dunia melainkan karna kebodohan mereka, yakni mereka melakukan hubungan badan dengan sesama jenis yang dimana hal terseut diluar kebiasaan umum manusia, sehingga Allah ta’ala murka terhadap mereka.
Lihat firman Allah ta’ala pada surah An-Naml ayat 55 :
اَىِٕنَّكُمْ لَتَأْتُوْنَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِّنْ دُوْنِ النِّسَاۤءِ ۗبَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُوْنَ
Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) syahwat(mu), bukan (mendatangi) perempuan? Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu).
Hal ini terjadi karena kebodohan mereka (kaum nabi
Luth), karena sudah keluar dari tabi’at manusia yang dimana manusia menyukai
lawan jenis.
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
Kebodohan juga bisa menyebabkan seseorang masuk kedalam dosa yang paling besar yaitu Syirik, yang dimana Allah ta’ala tidak akan mengampuni dosa yang satu ini jika dia mati dalam keada’an menyekutukan Allah, hal ini berdasarkan pada ayat :
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ
يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ
بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia
mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia
kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat
dosa yang besar.
Dosa syirik ini adalah hal yang
sangat berbahaya untuk kehidupan akhirat kita, maka dari itu jangan sampai
seseorang terjerumus kedalam perkara yang satu ini atas dasar kebodohan yang
ada pada dirinya, maka hendaklah dia belajar untuk mengangkat kebodohan yang
ada pada dirinya.
Lihat firman Allah ta’ala pada surah
Al-A’raf ayat 138 :
وَجَاوَزْنَا بِبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ
الْبَحْرَ فَاَتَوْا عَلٰى قَوْمٍ يَّعْكُفُوْنَ عَلٰٓى اَصْنَامٍ لَّهُمْ ۚقَالُوْا
يٰمُوْسَى اجْعَلْ لَّنَآ اِلٰهًا كَمَا لَهُمْ اٰلِهَةٌ ۗقَالَ اِنَّكُمْ قَوْمٌ
تَجْهَلُوْنَ
Dan Kami selamatkan Bani Israil
menyeberangi laut itu (bagian utara dari Laut Merah). Ketika mereka sampai
kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala, mereka (Bani Israil) berkata,
“Wahai Musa! Buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka
mempunyai beberapa tuhan (berhala).” (Musa) menjawab, “Sungguh, kamu
orang-orang yang bodoh.”
Pada ayat ini kaum nabi Musa ‘alaihissalam
meminta kepada nabi Musa sebuah berhala sebagaimana orang orang yang mempunyai
berhala, yang dimana mereka sudah melihat mukjizat nabi Musa ‘alaihissalam
yaitu membelah laut merah, harusnya mereka setelah melihat mukjizat tersebut
mereka bertambah iman kepada Allah dan taat kepada nabi Musa ‘alaihissalam, tetapi
disini karena “KEBODOHAN” mereka, mereka meminta kepada nabi Musa untuk
dibuatkan “berhala”, dan ini semua murni atas kebodohan mereka.
Adapun untuk zaman sekarang yaitu,
orang orang yang melakukan syirik seperti dukun dan yang lainnya, maka hal ini
murni karna kebodohan yang ada pada dirinya, dan juga kita dapati kebanyakan
orang mempunyai rajah rajah pada rumahnya, dompetnya, sabuknya, bahkan terkadang
sampai telur pun dibuat rajah, dan ini murni karna kejahilan atau kebodohan si
pelaku kesyirikan.
Hal ini didasari dengan hadist :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
مَنْ عَلَّقَ تَمِيْمَةً فَقَدْ
أَشْرَكَ
“Barangsiapa menggantungkan jimat, maka ia
telah melakukan syirik.”
[3]. HR. Ahmad (IV/156), al-Hakim (IV/417), dari Sahabat ‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhani . Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 492).
Referensi: https://almanhaj.or.id/2396-ahlus-sunnah-melarang-memakai-jimat.html
Bisa kita lihat beberapa contoh gambar jimat yang kami kutip dari Google :
Demikian semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua, semua materi ini penulis ambil dari kajian tematik yang di isi oleh ustadzuna Ahmad Zainuddin Al-Banjari Hafidzhohullah, jika antum dan antunna ingin menyimak kajian nya silahkan simak pada video dibawah ini, semogas bermanfaat Baarokallahufiikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar