Kebahagiaan Istri Shalihah
By Radio Rodja | Rabu, 18 November 2020 pukul 4:09 pm
Terakhir diperbaharui: Jumat, 20 November 2020 pukul 11:07 am
Tautan: https://rodja.id/2vj
Kebahagiaan Istri Shalihah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Risalah Penting Untuk Muslimah, sebuah kitab buah karya Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr Hafidzahullah. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. pada Rabu, 2 Rabiul Akhir 1442 H / 18 November 2020 M.
Silahkan Putar Audio Kajian Disini :
Penulis mengatakan bahwa pondasi keshalihan di dalam diri seorang perempuan adalah keshalihan terhadap Rabbnya dengan bagusnya ketaatannya dan bagusnya pendekatan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan selalu diatas ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena sesungguhnya keshalihan dan istiqamah tersebut adalah rahasia kebahagiaan, rahasia keberuntungan dan rahasia diberinya petunjuk oleh Allah kepada perempuan tersebut di dalam seluruh kehidupannya. Termasuk di dalamnya adalah kehidupan bersama suaminya dan juga keshalihan anak-anak dan keturunannya, dan juga kehidupannya dengan kehidupan yang baik dan indah.
Penulis menginginkan di dalam paragraf ini bahwasanya semakin seorang perempuan salihah, selalu taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, selalu mendekatkan diri kepada Allah, maka semakin nyaman hidupnya dan juga semakin bahagia hidupnya. Bahkan kebahagiaan tersebut juga akan dirasakan oleh anak keturunannya. Dan ini disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an, bahwasanya keshalihan orangtua adalah salah satu jaminan keshalihan anak. Keshalihan orang tua sangat berpengaruh terhadap keshalihan anak. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 33-34:
إِنَّ اللَّـهَ اصْطَفَىٰ آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ ﴿٣٣﴾ ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِن بَعْضٍ ۗ وَاللَّـهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi Adam, Nabi Nuh dan keluarga Ibrahim dan keturunan Imran sebagai Nabi dan Rasul untuk alam semesta. Keturunan mengikuti keturunannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui dan Maha Mendengar.” (QS. Ali-Imran[3]: 33-34)
Kalau kita perhatikan perkataan ulama tafsir tentang ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِن بَعْضٍ, yaitu dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullahu Ta’ala, beliau mengatakan bahwa yang dimaksud “keturunan sebagian mengikuti sebagian yang lain,” maksudnya adalah terjadinya kesesuaian dan keserupaan di antara mereka di dalam penciptaan dan budi pekerti-budi pekerti yang indah. Ini menunjukkan bahwa keshalihan orang tua sangat berpengaruh terhadap keshalihan anak.
Dalil lain yang menunjukkan bahwa keshalihan orang tua sangat berpengaruh terhadap keshalihan sang anak, semakin shalih orang tua, maka sejatinya semakin shalih anaknya. Allah berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 82:
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ…
“Adapun dinding rumah yang mau runtuh, maka itu adalah rumah yang dimiliki oleh dua anak kecil yang masih yatim di sebuah kota. Dan di bawah dinding tersebut terdapat harta simpanan yang dimiliki oleh dua anak yatim tersebut. Dan kedua orang tua dari anak yatim tersebut adalah anak yang shalih. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menginginkan ketika kedua anak yatim tersebut baligh, maka keluarlah harta simpanan mereka berdua sebagai rahmat dari Rabbmu.” (QS. Al-Kahfi[18]: 82)
Di sini terdapat pelajaran bahwa orang tua yang shalih akan menjaga keturunannya dan keberkahan ibadah orang tua yang shalih dirasakan oleh anak-anaknya di dunia dan di akhirat. Sebagaimana orang tuanya shalih di dunia, maka anaknya dan keturunannya (selama orang tua tersebut shalih), maka di dunia dia dijaga, baik itu kesehatannya, ekonominya ataupun pendidikannya. Keadaan dijaga akibat keshalihan orang tuanya. Dan juga di akhirat dengan syafaat orang tuanya kepada anak-anaknya. Sehingga anaknya tersebut bisa mencapai derajat yang paling tinggi, sehingga orang tua senang melihat anak-anaknya masuk ke dalam surga dan mencapai derajat yang paling tinggi.
‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma juga berkata:
حفظ بصلاح أبيهما, ولم يذكر لهما صلاحاً, وتقدم انه كان الأب السابع
“Bahwa kedua anak tersebut dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan keberkahan keshalihan kedua orang tuanya dan sebenarnya yang shalih tersebut bukan orang tua kandungnya langsung, tetapi kakek dan nenek yang ke-7.”
Berarti orang tua yang shalih, bapak ibu yang shalih akan menjaga anak cucunya sampai tujuh turunan lebih. Ini indahnya seorang istri yang shalihah, istri yang hubungannya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa bagus. Dia akan bahagia di dunia bersama dengan suaminya, dia juga bisa membahagiakan anak-anaknya karena keshalihan istri tersebut.
Oleh sebab inilah ditekankan atas siapa wanita yang ingin kebaikan untuk dirinya dan ditekankan atas para orang tua yang menginginkan kebaikan untuk anak-anak perempuannya, hendaknya mereka mendidik anak-anak mereka diatas keshalihan, diatas keistiqamahan, diatas selalu menjaga ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, memperhatikan kewajiban-kewajiban dalam agama Islam, terutama shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan dan menjauhkan dari segala apa yang mempengaruhi kesucian dan kemuliaan anak perempuan.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Silahkan simak selebihnya pada audio.
Sumber :
https://www.radiorodja.com/49424-kebahagiaan-istri-shalihah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar